Oleh : Hakim Surya Putra
Dunia pendidikan di sekolah memiliki peran yang besar dalam menciptakan generasi muda yang berkualitas, karena pendidikan dapat membentuk karakter mulia bagi siswa. Dengan memiliki karakter mulia yang berkualitas, generasi muda tidak akan mudah terjerat dengan penyalahgunaan narkoba serta kenakalan remaja lainnya.
Banyak faktor yang menyebabkan para pelajar berani menggunakan narkoba. Selain faktor individu yang ingin mencoba-coba haal yang baru, faktor lain yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba dilingkungan generasi muda (pelajar) adalah pengaruh lingkungan. lingkungan (pergaulan) pelajar terjadi baik disekolah maupun lingkungan pergaulan bersama teman. Cara bergaul yang salah menyebakan para pelajar mudah terjerumus kepada penyalahgunaan narkoba. Hal ini tentunya berdampak negatif terhadap diri sendiri, dan orang disekitarnya.
Oleh karena itu, diperlukan peran sekolah untuk membuat sebuah program pencegahan berbasis sekolah (School Based Prevention), yang bertujuan untuk menciptakan generasi muda (pelajar) yang bebas narkoba. Program pencegahan berbasis sekolah (School Based Prevention) memanfaatkan sumber daya disekolah dengan memaksimalkan pengawasan dan pembinaan terhadap pelajar, serta memberikan layanan konseling terhadap permasalahan pelajar. usaha ini diharapkan mampu menciptakan generasi muda yang bebas narkoa.
Raih Prestasi
Selasa, 25 Januari 2011
Pemanfaatan Media Pembelajaran yang Efektif untuk Menciptakan Pembelajaran yang Aktif Terampil dan Menyenangkan
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melalui proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Pada dasarnya lingkungan siswa merupakan laboratorium informasi dan ilmu pengetahuan bagi siswa itu sendiri. Berdasarkan teori belajar melalui pendekatan lingkungan, pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dengan implementasikannya langsung dengan menggunakan media pembelajaran yang konkret sehingga sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya. Dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada dilingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni: learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be ( belajar untuk menjadi jati dirinya ), learning to do (belajar untuk mengerjakan sesuatu) , dan learning to life together (belajar untuk bekerjasama) dapat diwujudkan melalui pembelajaran aktif, terampil, dan menyenangkan ( ATM ).
Menurut Indrawati dkk (2009:12), Pembelajaran aktif yaitu pembelajaran yang lebih terpusat pada peserta didik (student centered) daripada berpusat pada guru (teacher centered). Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat di pegang guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berfikir ( mind¬s-on) dan berbuat (hands-on). Dalam hal ini fungsi dan peran guru sebagai fasilitator. Sedangkan keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, 2003 : 1180). Ketrampilan belajar dalam hal ini adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah, kemudian mengevaluasi permasalahan yang ada.
Menurut Dave Meier (dalam indrawati, dkk 2009; 15), memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana ribut, hura-hura, kesenangan yang sembrono, dan kemeriahan yang dangkal. Dalam hal ini pembelajaran yang menyenangkan mengacu pada suasana yang mengembirakan tetapi penuh kebermaknaan. Oleh karena itu, untuk menciptakan model belajar aktif, terampil, dan menyenangkan memerlukan suatu media pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kenyataan yang terjadi dilapangan adalah kurangnya pemanfaatan media dalam proses pembelajaran oleh para pendidik, sehingga proses pembelajaran menjadi kurang aktif, siswa kurang terampil, dan suasana pembelajaran yang berlangsung kurang menyenangkan. Media merupakan alat bantu dalam proses belajar yang masih diabaikan oleh para guru karena di anggap merepotkan dalam penggunaannya sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Penyebab lainnya adalah pengunaan metode ceramah yang merupakan metode pembelajaran yang sangat konvensional yang masih diterapkan oleh sebagian besar para pendidik menyebabkan pengetahuan siswa terhadap sesuatu hal menjadi sangat abstrak. Dengan memperhatikan segi individualitas dan karakteristik anak usia sekolah dasar serta berbagai dimensi perkembangannya, maka seorang pendidik dapat mengembangkan pengajaran di sekolah atau kelasnya dengan baik. Guru dituntut dalam mengembangkan system pengajaran agar tidak menyimpang dari prinsip-prinsip psikologis yang ada. Kenyataan ini menjadi alasan kuat mengapa sistem pengajaran yang dikembangkan pendidik diharapkan akan semakin dapat melayani kebutuhan peserta didik individual (individually guided education) dan pengajaran itu benar-benar menjadi menarik dan bermakna bagi anak.
Cara untuk membentuk kebiasaaan belajar anak didik secara individual maupun kelompok, menggunakan metode yang bervariasi, model pembelajaran yang tepat, serta media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, terampil dan menyenangkan, para pendidik tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal untuk membuat media pembelajaran. Media pembelajaran dapat ditemukan dilingkungan sekitar, bahkan dari barang-barang bekas yang yang tidak digunakan lagi. Salah satu contoh media pembelajaran yang efektif dan efisien yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah koran bekas.
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Pada dasarnya lingkungan siswa merupakan laboratorium informasi dan ilmu pengetahuan bagi siswa itu sendiri. Berdasarkan teori belajar melalui pendekatan lingkungan, pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dengan implementasikannya langsung dengan menggunakan media pembelajaran yang konkret sehingga sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya. Dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada dilingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni: learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be ( belajar untuk menjadi jati dirinya ), learning to do (belajar untuk mengerjakan sesuatu) , dan learning to life together (belajar untuk bekerjasama) dapat diwujudkan melalui pembelajaran aktif, terampil, dan menyenangkan ( ATM ).
Menurut Indrawati dkk (2009:12), Pembelajaran aktif yaitu pembelajaran yang lebih terpusat pada peserta didik (student centered) daripada berpusat pada guru (teacher centered). Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat di pegang guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berfikir ( mind¬s-on) dan berbuat (hands-on). Dalam hal ini fungsi dan peran guru sebagai fasilitator. Sedangkan keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, 2003 : 1180). Ketrampilan belajar dalam hal ini adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah, kemudian mengevaluasi permasalahan yang ada.
Menurut Dave Meier (dalam indrawati, dkk 2009; 15), memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana ribut, hura-hura, kesenangan yang sembrono, dan kemeriahan yang dangkal. Dalam hal ini pembelajaran yang menyenangkan mengacu pada suasana yang mengembirakan tetapi penuh kebermaknaan. Oleh karena itu, untuk menciptakan model belajar aktif, terampil, dan menyenangkan memerlukan suatu media pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kenyataan yang terjadi dilapangan adalah kurangnya pemanfaatan media dalam proses pembelajaran oleh para pendidik, sehingga proses pembelajaran menjadi kurang aktif, siswa kurang terampil, dan suasana pembelajaran yang berlangsung kurang menyenangkan. Media merupakan alat bantu dalam proses belajar yang masih diabaikan oleh para guru karena di anggap merepotkan dalam penggunaannya sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Penyebab lainnya adalah pengunaan metode ceramah yang merupakan metode pembelajaran yang sangat konvensional yang masih diterapkan oleh sebagian besar para pendidik menyebabkan pengetahuan siswa terhadap sesuatu hal menjadi sangat abstrak. Dengan memperhatikan segi individualitas dan karakteristik anak usia sekolah dasar serta berbagai dimensi perkembangannya, maka seorang pendidik dapat mengembangkan pengajaran di sekolah atau kelasnya dengan baik. Guru dituntut dalam mengembangkan system pengajaran agar tidak menyimpang dari prinsip-prinsip psikologis yang ada. Kenyataan ini menjadi alasan kuat mengapa sistem pengajaran yang dikembangkan pendidik diharapkan akan semakin dapat melayani kebutuhan peserta didik individual (individually guided education) dan pengajaran itu benar-benar menjadi menarik dan bermakna bagi anak.
Cara untuk membentuk kebiasaaan belajar anak didik secara individual maupun kelompok, menggunakan metode yang bervariasi, model pembelajaran yang tepat, serta media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, terampil dan menyenangkan, para pendidik tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal untuk membuat media pembelajaran. Media pembelajaran dapat ditemukan dilingkungan sekitar, bahkan dari barang-barang bekas yang yang tidak digunakan lagi. Salah satu contoh media pembelajaran yang efektif dan efisien yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah koran bekas.
Minggu, 23 Januari 2011
Model Pembelajaran di Sekolah Dasar
Pembelajaran di sekolah dasar lebih menekankan pada kebermaknaan. sehingga guru harus menguasai metode dan strategi yang tepat dalam pembelajaran.
Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah satu tahap penting dalam jenjang pendidikan anak. Dari sinilah awal yang menentukan perkembangan pendidikan anak selanjutnya.
Sekolah gratis lewat Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), menjadi kabar gembira khususnya bagi masyarakat miskin.
Dana BOS bertujuan membantu anak-anak yang kurang mampu atau miskin agar dapat sekolah dengan gratis, alias tidak bayar uang sekolah.
Ada iklan di televisi yang mengkampanyekan sekolah gratis untuk anak Indonesia. Hampir seluruh rakyat gembira mendengar kabar itu.
Tapi mungkin iklan itu hanya sekedar harapan yang masih jauh di awang-awang karena katanya kabar “Gratis” yang digembar-gemborkan itu punya makna yang berbeda.. Yang jelas “gratis” bukan berarti kita tidak membayar sama sekali.
Tetangga saya yang punya anak sedang belajar di tahap pendidikan dasar mengikuti sebuah rapat pertemuan dengan para guru dan orangtua murid lainnya di sekolah.
Topik pembicaraannya adalah tentang sekolah gratis atau sekolah yang sekarang mendapat keringanan dalam hal biaya. Pemerintah punya program baru untuk pendidikan dasar yang bernama BOS atau Bantuan Operasional Sekolah.
Tetapi ternyata dalam rapat itu pihak sekolah tetap meminta dana bantuan untuk hal lain yang mereka sebut tidak berhubungan dengan dana BOS. Jika dana yang diminta hanya sekedar sumbangan seadanya tentu tidak akan ada orangtua yang mengeluh.
Ternyata sumbangan ini pun beragam kategorinya sehingga tetap saja pihak orangtua harus mengeluarkan biaya cukup besar. Program BOS seakan tidak berarti apa-apa.
Siapapun yang mengalami masalah ini pasti bisa merasakan, betapa kiat-kiat mencari uang saat ini telah terbungkus dengan rapi, bahkan sangat-sangat menguasai hukum. Caranya dengan meminimalisir adanya barang bukti, berupa tanda terima.
Jadi, masihkah kita mau berteriak dan bersyukur tentang adanya pendidikan dasar secara gratis? Bagaimana nasib anak-anak lain yang orang tuanya tidak mampu membayar uang sumbangan tersebut ? Haruskan harapan meningkatkan taraf hidup dan pendidikannya berhenti di meja-meja itu ?
Bagaimana kita menyikapi persoalan ini? Tentunya kita sebagai rakyat biasa hanya bisa mengikuti program yang dilaksanakan oleh pemerintah. Pihak sekolah sebagai pihak yang berwenang tentunya tidak mau mengubah keputusan yang telah dibuat bersama semua pihak terkait mengenai masalah biaya pendidikan ini.
Pemerintah seharusnya bisa lebih memperhatikan bahwa sebenarnya program seperti ini hanya mengalihkan istilah saja. Disebutkan karena telah ada dana BOS maka pihak sekolah tidak akan memungut biaya bulanan.
Tapi kalau kita diharuskan membayar sejumlah besar uang untuk buku dan keperluan lainnya dengan wajib, pasti semua orangtua akan berpikir apalah artinya program itu.
Karena pada akhirnya tetap saja pihak orangtua mengeluarkan biaya yang besar untuk sekolah anaknya. Padahal pendidikan dasar adalah pendidikan yang wajib diikuti oleh semua anak bangsa sebagai cikal bakal penerus bangsa ini.
Sekolah gratis lewat Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), menjadi kabar gembira khususnya bagi masyarakat miskin.
Dana BOS bertujuan membantu anak-anak yang kurang mampu atau miskin agar dapat sekolah dengan gratis, alias tidak bayar uang sekolah.
Ada iklan di televisi yang mengkampanyekan sekolah gratis untuk anak Indonesia. Hampir seluruh rakyat gembira mendengar kabar itu.
Tapi mungkin iklan itu hanya sekedar harapan yang masih jauh di awang-awang karena katanya kabar “Gratis” yang digembar-gemborkan itu punya makna yang berbeda.. Yang jelas “gratis” bukan berarti kita tidak membayar sama sekali.
Tetangga saya yang punya anak sedang belajar di tahap pendidikan dasar mengikuti sebuah rapat pertemuan dengan para guru dan orangtua murid lainnya di sekolah.
Topik pembicaraannya adalah tentang sekolah gratis atau sekolah yang sekarang mendapat keringanan dalam hal biaya. Pemerintah punya program baru untuk pendidikan dasar yang bernama BOS atau Bantuan Operasional Sekolah.
Tetapi ternyata dalam rapat itu pihak sekolah tetap meminta dana bantuan untuk hal lain yang mereka sebut tidak berhubungan dengan dana BOS. Jika dana yang diminta hanya sekedar sumbangan seadanya tentu tidak akan ada orangtua yang mengeluh.
Ternyata sumbangan ini pun beragam kategorinya sehingga tetap saja pihak orangtua harus mengeluarkan biaya cukup besar. Program BOS seakan tidak berarti apa-apa.
Siapapun yang mengalami masalah ini pasti bisa merasakan, betapa kiat-kiat mencari uang saat ini telah terbungkus dengan rapi, bahkan sangat-sangat menguasai hukum. Caranya dengan meminimalisir adanya barang bukti, berupa tanda terima.
Jadi, masihkah kita mau berteriak dan bersyukur tentang adanya pendidikan dasar secara gratis? Bagaimana nasib anak-anak lain yang orang tuanya tidak mampu membayar uang sumbangan tersebut ? Haruskan harapan meningkatkan taraf hidup dan pendidikannya berhenti di meja-meja itu ?
Bagaimana kita menyikapi persoalan ini? Tentunya kita sebagai rakyat biasa hanya bisa mengikuti program yang dilaksanakan oleh pemerintah. Pihak sekolah sebagai pihak yang berwenang tentunya tidak mau mengubah keputusan yang telah dibuat bersama semua pihak terkait mengenai masalah biaya pendidikan ini.
Pemerintah seharusnya bisa lebih memperhatikan bahwa sebenarnya program seperti ini hanya mengalihkan istilah saja. Disebutkan karena telah ada dana BOS maka pihak sekolah tidak akan memungut biaya bulanan.
Tapi kalau kita diharuskan membayar sejumlah besar uang untuk buku dan keperluan lainnya dengan wajib, pasti semua orangtua akan berpikir apalah artinya program itu.
Karena pada akhirnya tetap saja pihak orangtua mengeluarkan biaya yang besar untuk sekolah anaknya. Padahal pendidikan dasar adalah pendidikan yang wajib diikuti oleh semua anak bangsa sebagai cikal bakal penerus bangsa ini.
Jumat, 21 Januari 2011
Selamat Datang
Blog ini akan membawa anda menuju dimensi lain dari dunia pendidikan di sekitar anda.
Langganan:
Postingan (Atom)