Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melalui proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Pada dasarnya lingkungan siswa merupakan laboratorium informasi dan ilmu pengetahuan bagi siswa itu sendiri. Berdasarkan teori belajar melalui pendekatan lingkungan, pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dengan implementasikannya langsung dengan menggunakan media pembelajaran yang konkret sehingga sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya. Dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada dilingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni: learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be ( belajar untuk menjadi jati dirinya ), learning to do (belajar untuk mengerjakan sesuatu) , dan learning to life together (belajar untuk bekerjasama) dapat diwujudkan melalui pembelajaran aktif, terampil, dan menyenangkan ( ATM ).
Menurut Indrawati dkk (2009:12), Pembelajaran aktif yaitu pembelajaran yang lebih terpusat pada peserta didik (student centered) daripada berpusat pada guru (teacher centered). Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat di pegang guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berfikir ( mind¬s-on) dan berbuat (hands-on). Dalam hal ini fungsi dan peran guru sebagai fasilitator. Sedangkan keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, 2003 : 1180). Ketrampilan belajar dalam hal ini adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah, kemudian mengevaluasi permasalahan yang ada.
Menurut Dave Meier (dalam indrawati, dkk 2009; 15), memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana ribut, hura-hura, kesenangan yang sembrono, dan kemeriahan yang dangkal. Dalam hal ini pembelajaran yang menyenangkan mengacu pada suasana yang mengembirakan tetapi penuh kebermaknaan. Oleh karena itu, untuk menciptakan model belajar aktif, terampil, dan menyenangkan memerlukan suatu media pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kenyataan yang terjadi dilapangan adalah kurangnya pemanfaatan media dalam proses pembelajaran oleh para pendidik, sehingga proses pembelajaran menjadi kurang aktif, siswa kurang terampil, dan suasana pembelajaran yang berlangsung kurang menyenangkan. Media merupakan alat bantu dalam proses belajar yang masih diabaikan oleh para guru karena di anggap merepotkan dalam penggunaannya sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Penyebab lainnya adalah pengunaan metode ceramah yang merupakan metode pembelajaran yang sangat konvensional yang masih diterapkan oleh sebagian besar para pendidik menyebabkan pengetahuan siswa terhadap sesuatu hal menjadi sangat abstrak. Dengan memperhatikan segi individualitas dan karakteristik anak usia sekolah dasar serta berbagai dimensi perkembangannya, maka seorang pendidik dapat mengembangkan pengajaran di sekolah atau kelasnya dengan baik. Guru dituntut dalam mengembangkan system pengajaran agar tidak menyimpang dari prinsip-prinsip psikologis yang ada. Kenyataan ini menjadi alasan kuat mengapa sistem pengajaran yang dikembangkan pendidik diharapkan akan semakin dapat melayani kebutuhan peserta didik individual (individually guided education) dan pengajaran itu benar-benar menjadi menarik dan bermakna bagi anak.
Cara untuk membentuk kebiasaaan belajar anak didik secara individual maupun kelompok, menggunakan metode yang bervariasi, model pembelajaran yang tepat, serta media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, terampil dan menyenangkan, para pendidik tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal untuk membuat media pembelajaran. Media pembelajaran dapat ditemukan dilingkungan sekitar, bahkan dari barang-barang bekas yang yang tidak digunakan lagi. Salah satu contoh media pembelajaran yang efektif dan efisien yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah koran bekas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar